Lampung-Jogja hanya 99 ribu


Inilah perjalanan ku dengan adikku menuju kampong halaman, yakni Lampung kota tapis bereseri 21-22 Januari 2009. Perjalanan yang memakan waktu 20 jam ini, jelas berbeda layaknya perjalanan aku sebelumnya. Biasanya dengan mengandalkan bus malam eksekutif, saya hanya tinggal tidur saja sambil ditamani alunan musik, AC dan recleaning set. Namun untuk kali ini, saya mau mencoba cara perjalanan yang lebih menantang. Bagaimana perjalananya ?

15.00-15.30 : naik transjogja dari shelter condong catur menuju shelter SMP 5. jalan pelan-pelan ke Stasiun lempayangan melewati bagian belakang.Dan ternyata jauh lebih cepat daripada harus muter lewat pintu depan stasiun

16.45-02.30 : Menuju Jakarta (pasar senen) via kereta ekonomi progo. Aku rasa in adalah transportasi yang paling murah menuju Jakarta dari Jogja. Namun tetaplah semboyan”ada harga ada rupa” kalau mau enak ya bayarlah yang sepantasnya tetaplah berlaku. Kereta ini menyajikan full music non stop selama 10 jam. Musik itu berasal dari para pedangan yang jumlahnya ratusan. Mereka terus-terusan memekikkan telinga para penumpang. Yang sedang tidur pun harus siap kalo sewaktu-waktu dibangunkan oleh para pedagang itu. Dari suara”mjon-mijion, sprit,pokari, nasi ayam-rendang, dll. Cara para pengemis meminta-minta pun juga terbilang unik, ada yang bermodalkan sapu lalu bersih-bersih, ada yang menyemprotkan parfum dan meminta bayaran, dan bermodalkan amplop yang sisi depannya ada tulisan pusi, curhatan dan doa agar penumpang sudi menyumbangkan uangnya. Jadi kalau mau cari kenyamanan dalam berpergian, jangan pernah berharap kereta ekonomi memberikannya. Tapi bagi para pejuang “low cost travelling-, namun tidak terlalu peduli kenyamanan, kereta ekonomi perlu dijadikan daftar pilihan teratas. Karena anda dapat menghemat pengeluaran 5-7 kali lipat dari kelas bisnis dan eksekutif

02.30 -05.00 : menunggu sambil berperang melawan nyamuk di kursi tunggu stasiun senen. Mungkin karena penerangan stasiun yang gak maksimal, jadi nyamuk-nyamuk itu tak henti-hentinya untuk menghisap darah kita waktu itu. Kami harus menunggu 3 setengah jam karena tidak mau ambil resiko. Daerah di luar stasiun senen termasuk daerah rawan.

05.00-05.30 : menunggu bis kopata jurusan kali deres yang ternyata sudah tidak beroperasi lagi

05.30-06.20: Naek transjakarta (first time in my life),ha2….,dari shelter atrium senen naek koridor transit shelter harmony lalu lanjut ke shelter kalideres. Akhirnya pada waktu itu saya membuktikan kalau driver transjakarta itu banyak juga yang wanita. Dalam bus saya coba memperhatikan kehidupan masyarakat Jakarta. Ada yang asik tertidur di dalam bus ( apa tidak takut kalau shelter nya kelewatan?. atau mereka masing-masih sudah punya alarm yang berbunyi kalau shelter tujuannya telah sampai), banyak yang asyik mendengarkan music lewat headphone, dan tak sedikit pula yang berlari agar tidak ketinggalan bus. Itulah sedikit potongan kehidupan masyarakat Jakarta. Yang menurut saya, kehidupannya sangat dinamis dan berjalan cepat. Teringat dengan wejangan seorang kerabat” Kalau mw cari uang dengan cepat hiduplah di Jakarta, tapi kalau mau menikmati hidup, jangan berharap pada Jakarta, semuanya berjalan begitu cepat, tak banyak waktu untuk nikmati hdup”

06.20-09.30 : melanjutkan perjalanan dengan bus arimbi tujuan merak dari pintu keluar terminal kalideres. Kenapa tidak dari dalam naiknya? karena kami tidak mau berurusan dengan para calo reseh itu dan seringnya bus tidak langsung berangkat.

09.30-10.30 : Sarapan di pelabuhan merak

10.30 -13.00 : menyebrang ke pelabuhan bakauheni dengan kapal ferry royal nusantara

13.00-15.00 : menuju ke rumah tercinta dengan travel tegas jaya (ASDP Group)

Rincian pengeluaran :

v Tiket kereta Progo kelas ekonomi : 35 ribu

v Transjakarta : 2 ribu ( kalau siang naik jadi 3500)

v Bus Arimbi ekonomi AC merak : 17 ribu

v Kapal roro ferry merak-bakauheni : 10 ribu

v Travel Merak-bandar lampung : 35 ribu

Total pengeluaran : 99 ribu

Pebandingan : Tiket bus malam eksekutif Jogja – Lampung : 250 ribu, Tiket kereta Yogyakarta-Jakarta; kelas bisnis: 130 ribu, kelas eksekutif : 250 ribu

pelajaran yang saya bisa petik adalah “

Jalan ini aku ambil supaya aku tidak menjadi seorang anak manja. Saya merasa kalau cari duit itu tidak mudah. Orang tua harus banting tulang, dan tidak sepatutnya kita menhabiskan uang itu dengan atas nama “kepuasan/kenyaman pribadi”

1 Response
  1. Navan Says:

    weeww... salut!!!

    dulu2 aku juga naeknya sering pake kreta bisnis, yo! tapi belakangan sering nyoba2 pake ekonomi, apalagi sekarang kereta ekonomi bisa pesan karcis (iya, gag, sih?)